annyonghaseyo!!!
welcome to my blog^^


Sabtu, 03 Juli 2010

romantic???

Romance????
Aku tidak suka hal-hal yang berbau rayuan! Sumpah, aku pengen muntah kalo mendengar rayuan. Please… katakan sesuatu yang lebih real. Jangan terlalu melebih-lebihkan, karena sejujurnya aku juga punya mata dan telinga yang bisa melihat sekelilingku.
Menurutku definisi romantis itu tidak harus penuh rayuan dan kata-kata gombal lainnya. Cinta dan perasaan yang melingkupinya menurutku sudah masuk suatu keromantisan. Gombal menurutku masuk ke definisi penipuan berat pada pasangan, masuk kategori berdusta tepatnya.
“sayang bau keringat kamu enak deh”, please deh! Aku juga tau kalo aku bau matahari, jadi tolong jangan berdusta didepanku.
Kenapa cowok senang sekali mengumbar kata-kata gombal? Cinta? Dan perhatian? Mereka tahu nggak sih hal kayak gitu bisa menimbulkan kesalahpahaman yang bisa membuat cewek terluka?
Jawabannya “mereka nggak tahu”
Gimana mau tahu coba? Pemikiran cowok kan cetek dan dangkal banget. Tapi bukan dalam definisi bodoh dan sebagainya, melainkan lebih ke definisi mereka nggak berpikir menggunakan perasaan. Mereka lebih sering pake otak dan nafsu.
Berbeda dengan kaum hawa yang berpikir menggunakan otak dan perasaan. Karena hal inilah mungkin cewek dan cowok harus saling melengkapi, selain untuk menciptakan keturunan tentunya.
Tapi tetap saja aku mau muntah setiap mendengar rayuan, entah itu untuk aku atau untuk orang lain. Rasanya bodoh sekali kalau aku percaya perkataan mereka.
Karena itu aku lebih suka dengan cowok yang nggak banyak omong, tapi cowok yang lebih banyak melakukan daripada berbicara. Talk less do more.
Menurutku cowok seperti itu lebih menyenangkan untuk diajak berteman dsb. Ada juga cowok cuek yang ngomongnya ceplas-ceplos, they are nice guy for me, they always honest gals. Mereka selalu mengatakan apa yang mereka pikirkan, walaupun mungkin dengan sedikit rayuan tentunya.
Cowok cuek yang ngomong ceplas-ceplos dan cowok yang nggak banyak omong. They are the good choices. Daripada cowok lebay yang kerjaannya mengumbar rayuan. Come on! They are bad guy!.
Yah… suatu waktu mungkin aku akan termakan omongan sendiri, but it’s ok, it’s my opinion. Aku senang bisa menuliskan apa yang ada dikepalaku.

kepura-puraan

Terkadang hidup menyakitkan
Terkadang hidup menyenangkan
Dalam hidup ini banyak sekali kejutan (kata orang), tapi aku sendiri hanya merasakan sedikit kejutan. Aku rasa hidupku sangatlah monoton dan membosankan, hal menyenangkan yang bisa kulakukan hanyalah menulis, selebihnya adalah rutinitas harianku. Mungkin ini terkesan aku benar-benar manusia yang tidak mensyukuri hidup, tapi tidak bisa dipungkiri manusia selalu memiliki keinginan yang serakah didalam hatinya.
Aku selalu besyukur, setiap waktu malah. Aku selalu merasa senang akan kebahagiaan yang kudapatkan, bukankah itu salah satu bentuk syukur?
Tapi belakangan ini hidupku sepinya bukan main, bukan akarena aku sedang sendirian atau apa, tapi karena hatiku terasa hampa dan kosong. Aku. Benar-benar. Merasa. Kosong.
Tidak ada perasaan membuncah dalam hatiku, tidak ada perasaan ekstasi kegirangan dan kebahagiaan. Semuanya hanya kebahagiaan sementara yang hanya kurasakan detik itu juga dan akan segera berakhir pada detik berikutnya.
Tidak ada wajah yang ingin kulihat tiap hari. Tidak ada senyum yang ingin kunanti tiap hari. Tidak ada suara yang ingin kudengar berkumandang di telingaku. Tidak yang membuat perutku serasa jungkir balik.
Aku merasa seperti manusia tanpa hati, hatiku berada dalam nuansa abu-abu meski wajahku terlihat berwarna-warni. Tidak susah bagiku untuk melakukannya. Karena sudah lama aku lebih suka memendam dukaku sendirian, aku lebih suka berbagi suka daripada duka.
Hal ini mungkin lebih condong kearah aku tidak ingin terlihat lemah didepan orang lain.
Menangis karena kesakitan, it’s ok. Tapi karena kesepian? No way!
Aku sama sekali tidak memiliki hasrat untuk terikat dengan orang lain, kecuali dengan dirinya.
Aku senang dan meninkmati memandangi wajah tampan yang bisa kulihat tapi sungguh itu hanya sebagai antibiotik sementara, yang sebentar lagi pada akhirnya akan kebal juga ditubuhku. Hanya wajah itu yang bisa menjadi antibiotik abadi untukku.
Hatiku selalu mencari pelarian dan kesibukan dengan menyuruh mulutku berbicara mengenai orang yang hanya singgah di mataku, dalam hal ini otakku nggak bisa bilang tidak.
Aku terlalu senang mengupas mengenai perasaanku sendiri, ingin rasanya menelanjangi perasaan orang lain, entah siapa…
Karena itu aku ingin menjadi penulis^^
Menulis selalu menjadi pelarian terbaik untukku

Selasa, 22 Juni 2010

marry?!

nikah? satu kata yg sangat jarang tersirat dikepalaku. Sampai ada seseorang yg blg, menikah muda itu untuk menjaga nafsu, well kurang lebih alasannya bisa diterima, tp mau hidup pake apa coba? mau makan apa?.
My grandma said "menikahlah dgn org yg sdh mapan", everybody want that. Tapi cinta bisa membutakan org, akal sehat jd gak berguna, mata dan telinga ditutup. Yg bekerja hanya hati dan perasaan, dan hal kayak begini yg paling ditentang sm orgtua, kayak mereka gak prnh muda aja deh..
Tp jujur aku pengen nikah muda.

Selasa, 15 Juni 2010

remaja juga manusia by miss ken

Aku memikirkan beberapa hal akhir-akhir ini, salah satunya untuk apa kita menjadi dewasa?
Bukannya aku tidak ingin menjadi dewasa, melainkan lebih karena kenapa kita harus dewasa untuk kembali menjadi anak-anak? Pertanyaanku bukan tanpa alasan loh…
Menurutku saat dewasa kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang kurang penting dan malah mengganggu fokus permasalahan hidup kita yang sebenarnya. Kita memikirkan hal-hal nggak penting dan sama sekali tidak berhubungan dengan masalah yang sedang kita hadapi dan aku yakin hal ini bisa merusak otak.
Hal ini terjadi padaku. Bukan bagian merusak otak. Mungkin sedikit.
Belakangan ini aku terlalu banyak memikirkan hal-hal nggak penting, contohnya baju apa yang harus kubeli untuk menjadi padanan celana jeans baruku, kenapa aku nggak bisa menyukai orang lain, kenapa aku merasa jelek, dan aku ingin sekali diet karena merasa sedikit gemukan padahal aku sempat masuk rumah sakit karena diet.
Oh pleaseeeee…. Kenapa aku memikirkan hal-hal tidak penting ini dan bukannya memfokuskan pikiranku pada nilai akhir semesterku dan apakah aku akan naik ke kelas 12 atau tidak???
Aku memang sudah berusaha dan berdoa semampuku tapi tetap saja aku merasa tidak cukup, tapi aku sempat-sempatnya memikirkan masalah baju sekarang ini. Mau dipakai kemana sih baju itu kalau ternyata aku tidak naik kelas??? Memangnya aku masih berani tampil didepan umum apa???
Sekarang aku lebih baik menulis saja, karena jika kenyataannya aku tidak akan naik kelas aku masih punya satu keahlian untuk dibanggakan sehingga orang-orang tidak akan terlalu terfokus pada titel tidak naik kelas itu.
Tapi aku sangat sangat tidak mengaharapkan hal itu terjadi.
Aku berdoa ya allah ijinkan aku naik ke kelas 12 dan menetap di kelas rsbi, that’s my wish^^
Aku sangat ingin naik kelas.
Jadi jangan kira jadi remaja itu menyenangkan, bisa merasakan suka pada lawan jenis, jalan-jalan ke mal bareng teman dan semacamnya, remaja juga manusia tau!!!!
Kami bahkan bisa lebih stress daripada orang dewasa!
Hal ini membuatku ingin kembali jadi anak kecil yang lugu dan tidak mengenal kata stress.

definiton of love by miss ken

Cinta…
Satu kata yang menyiratkan banyak makna, menurut banyak orang cinta itu kebahagiaan dan penderitaan yang disatukan. Aku cukup setuju dengan opini ini, karena akupun merasakan hal yang sama.
Dari kacamata pribadiku mencintai seseorang itu menyenangkan, ada banyak sensasi unik yang akan kau rasakan ketika kau jatuh cinta pada seseorang.
I felt a lot of thing…
Aku merasa perutku mual dan tergelitik ketika sengaja atau tidak sengaja melihat wajahnya.
Merasa berulang kali darahku naik kewajah hingga menyebabkan wajahku merah tak ketulungan karena malu tanpa alasan yang jelas saat melihatnya.
Merasa perutku seperti dijotos ketika melihatnya dekat dengan cewek lain apalagi punya pacar.
Beragam perasaan aku rasakan saat jatuh cinta, that was teach me about feel….
But love not always teach me about the good things, sometimes I must be feel the bad one…
Seperti yang aku rasakan saat ini…
I thing my heart gonna be blind now, I can’t love anyone else except him!!
Mungkin ini karena sifatku yang terlalu setia atau mungkin aku terlalu bodoh karena hanya bisa menyukai satu orang dalam kurun waktu 4 tahun ini, dan parahnya lagi aku belum dan mungkin tidak akan pernah mengatakan perasaanku padanya.
Tapi sintingnya aku bahkan tidak merasa sedih karena hal ini, mungkin dulu tapi sekarang tidak lagi, aku malah merasa senang pada perasaan sinting ini. Aku senang bisa merasakan perasaan ini dan segala perasaan-perasaan lain yang akan datang kepadamu ketika cinta mulai mengetuk hatimu.
Tapi sekarang aku mulai merutuki hal ini, karena ketika aku ingin merasakan perasaan-perasaan itu lagi aku menemukan hatiku telah mati rasa!
Bahkan pada orang yang mungkin dimulutku aku bilang aku menyukainya tapi hatiku sama sekali tidak menerimanya, hatiku tidak selaras dengan bibirku. Mungkin bibirku merutuki hatiku yang bodoh karena tidak bisa lagi merasakan getaran-getaran itu.
Oh! Aku benar-benar rindu merasakan perutku jungkir balik ketika melihatnya….
Aku putus asa, putus asa karena berusaha menumbuhkan getaran-getaran itu pada orang yang salah, otak dan akal sehatku berusaha untuk menyukai orang itu tapi sayang hatiku menolak melakukannya. Hatiku masih setia pada orang itu, orang yang bahkan wajahnya mulai kulupakan saking lamanya kami tak bertemu, aku merasa semakin bodoh sekarang ini…
Tapi bukan cinta namanya jika kita tidak melakukan kebodohan dengan menulikan segala indera dan akal sehat kita!
Seperti yang dikatakan the cardigans, lovefool…
Ada pepatah yang “mengatakan bukan cantik yang membuat cinta tapi cinta yang membuat cantik”, oh come on gak usah munafik lah… kita jelas-jelas tidak bisa menyukai orang yang bahkan wajahnya saja tidak sanggup kita lihat.

Rabu, 14 April 2010

the one i love (cerpen) by ken pratiwi

Tama sedikit kaget melihatku sudah duduk dibangkuku ketika dia masuk kekelas, cepat-cepat dia menaruh tasnya dan menghampiriku, “kamu sudah baikan?” tanya Tama khawatir
Aku bisa merasakan detak jantungku menjadi dua kali lebih cepat sekarang “aku sudah baikan” jawabku meyakinkan
Tama menghela nafas tanda lega “aku sangat khawatir mendengarmu sakit” aku Tama
Aku tersenyum mendengar pengakuannya “thanks atas perhatian kamu” kataku sedikit lirih
Aku bisa melihat perubahan di mata Tama ketika mendengar perkataanku “sama-sama” kata Tama lalu meninggalkanku
Aku hanya bisa memandangi punggung Tama yang mulai menirus dari pandanganku.
Hal seperti ini sudah sangat sering terjadi, terkadang Tama memberiku perhatian yang bisa membuatku terbang ke langit ke tujuh tapi terkadang Tama bisa menghindariku bahkan bertemu muka denganku pun tidak. Hal ini membuatku benar-benar bingung dan kesal.

****
Terkadang cinta tersesat ketika dua hati yang saling cinta tak saling tahu
Tapi apa yang akan terjadi jika cinta malah tersesat
Ketika dua hati yang saling cinta saling tahu???

Aku melengos membaca tulisan salah satu penulis favoritku itu “benar-benar mengena” gumamku
Handphoneku berbunyi, tanda ada telepon masuk “halo?” kataku
“sudah tidur?” tanya suara di seberang
“Tama?” panggilku
“iya” jawab Tama sambil tertawa kecil
“tumben telepon” kataku
“aku mengganggu?” tanya Tama
“tidak” jawabku singkat
“baguslah” kata Tama dengan nada riang
“sebenarnya apa yang kamu pikirkan?” tanyaku
“maksud kamu?” Tama balik bertanya
“jangan terus-menerus membuatku terluka, dengan terus memberiku perhatian yang ujung-ujungnya hanya akan menyakitiku Tam” jelasku miris
“maaf” kata Tama
“untuk apa?” tanyaku
“jika aku membuatmu terluka, karena jujur aku sendiri juga merasakan hal yang sama”
“kalau begitu kenapa tidak membuat semua ini menjadi sesuatu yang tidak melukai diri kita masing-masing?” tanyaku
“terlalu banyak alasan jika aku harus memberitahumu”
“aku siap mendengar semua itu” kataku
“tapi aku yang tidak siap membeberkan semua itu” kata Tama

****
Esoknya aku dan Tama tidak saling tegur, dia jadi sedikit menjaga jarak dariku. Hal ini sungguh menggangguku.
“kenapa menghindariku?” tanyaku lirih ketika kami berpapasan dan dia tidak sempat menghindar
Tama tertunduk sebentar lalu menatap lurus kearahku “apa lagi yang bisa aku lakukan?” tanyanya
Aku tidak habis pikir dengan pertanyaannya, rasanya aku sudah tidak bisa menahan air mataku yang ingin menyerobot keluar “apa ini solusi yang kamu inginkan? Hah?!” tanyaku tanpa menyembunyikan kekesalanku lagi
“otakku hanya mentok sampai ke sini, aku tidak bisa memikirkan solusi lain lagi” jawab Tama tanpa melepaskan tatapannya dari mataku
Tama membuatku terpaku dengan jawabannya “jadi ini yang kamu mau? Kamu memulai semuanya dan tidak berani menyelesaikannya bahkan tidak berani mengambil keputusan tentang perasaanmu sendiri” kataku lalu pergi meninggalkan Tama
Aku sudah tidak dapat membendung airmataku lagi, semua tamengku sudah runtuh. Rupanya aku yang bodoh mengharapkan sesuatu dari seseorang yang bahkan mengambil keputusan atas perasaannya sendiri pun tak bisa.

Esoknya bahkan untuk melihat kearah Tama pun aku tidak sanggup, aku takut akan menangis di hadapannya dan membuat diriku sendiri malu.
Tapi rupanya memang sudah takdir air mataku akan tumpah hari itu, hari itu tepat di depan mataku Tama menembak seorang cewek. Tanpa ba bi bu lagi aku langsung lari ke kamar mandi untuk menangis.


“udah Rin” kata Tiwi sambil mengusap-usap punggungku
Aku membersihkan air mataku dan menghentikan isak tangisku, tapi sekali lagi itu gagal, air mataku tumpah untuk kesekian kalinya tanpa bisa kubendung. Aku benar-benar merasakan sakit teramat sangat di ulu hatiku.

“aku minta maaf” sms Tama malamnya
Aku membaca sms itu dengan perasaan sangsi, begitu jahatnya kah dia sampai masih bisa mengirimiku sms dan meminta maaf?, aku tidak menggubris sms Tama.
“aku tau kamu marah, tapi aku benar-benar minta maaf. Mungkin ini yang terbaik untuk kita berdua” sekali lagi Tama mengirimiku sms
“telepon aku kalau mau bicara” aku membalas sms Tama
“aku tidak bisa, aku tidak ingin menyakiti hati Gaby” balas Tama
Perkataan Tama benar-benar menohok hatiku, tidak ingin menyakiti Gaby katanya, lalu jika menyakitiku boleh?
“kamu tidak ingin menyakitinya? Lalu kalau menyakitiku boleh?” aku mengirim sms ini dengan perasaan benar-benar sakit
“bukan begitu. Kami punya komitmen, dan aku mau menjalankan komitmen kami itu” balas Tama
“oke kalau begitu” balasku ketus
****
Ini sudah hari kedua aku dan Tama tidak saling bicara, rasanya sangat berat dan menyiksa tidak bisa mendengar orang yang kau suka menyebut namamu.
“kak, kak Tamanya ada?” tanya seorang adik kelas padaku ketika aku sedang membuang sampah didepan kelas
Aku terpaku sebentar memandangnya “yang lain sedang olahraga, Tama juga” jawabku
“oh” kata cewek itu kecewa
“ngomong-ngomong kamu siapa ya? Apanya Tama?” tanyaku untuk membenarkan pemikiranku
“aku Gabriella kak, pacarnya kak Tama” jawab cewek itu sambil tersipu malu
Seketika itu hatiku seperti mencelos hingga kemata kaki “aku boleh tunggu kak Tama selesai olahraga disini?” tanya Gabriella
“memangnya kamu sedang nggak ada pelajaran?” tanyaku, aku benar-benar belum siap berhadapan dengan pacar Tama
Gabriella menggeleng “di kelas lagi pelajaran agama islam kak” jelas Gabriella
Aku tersenyum getir “mau kutemani?” tanyaku sekedar berbasa-basi
“boleh” jawabnya, kurutuki diriku kenapa menawarkan untuk menemaninya sementara rasanya aku ingin berada seribu kilometer dari Gabriella
Kami duduk-duduk diemperan kelasku, terbenam dalam pikiran masing-masing “kakak sudah lama kenal kak Tama?” tanya Gabriella tiba-tiba
“lumayan” jawabku
“Gabriella sendiri?” tanyaku
“panggil Gaby saja kak” pinta Gabriella
“oke” aku mengiyakan
“aku kenal kak Tama baru beberapa bulan ini, sejak aku sekelas dengan kak Tama di pelajaran agama Kristen” jawab Gaby malu-malu
“kamu kelas berapa?” tanyaku
“kelas 1 kak” jawab Gaby
Aku hanya bisa tersenyum getir menanggapi Gaby, rasanya aku bisa pingsan jika lebih lama lagi ada bersama Gaby.
“Gaby” panggil sebuah suara
Aku menoleh “kak Tama” panggil Gaby
“aku masuk dulu” kataku pada Tama dan Gaby


“aku mau bicara sebentar” pinta Tama
“bicara saja” kataku
“apa kita harus bicara disini?” Tama mendelik kearah anak-anak yang masih berkumpul dikelas
“memangnya kenapa?” tanyaku acuh
“aku mau bicara 4 mata” jelas Tama
“disini saja” kataku bersikeras
“aku minta maaf untuk kejadian tadi” kata Tama
Aku menatap Tama nanar “aku baik-baik saja” dustaku
Aku bisa melihat rasa bersalah di mata Tama “kamu tidak bisa bohong padaku” kata Tama menatap mataku
“sekalipun aku bohong itu tidak ada hubungannya denganmu” kataku ketus
“kamu tau kalau aku tidak nyaman dengan sikapmu ini?” tanya Tama
“kamu pikirku aku nyaman dengan semua ini??!!” tanyaku kesal dengan suara setengah berteriak
Tama menjadi sedikit kikuk karena semua mata tertuju pada kami “kita bicara lagi nanti” kata Tama setelah melihat jam tangannya
Aku melihat Gabriella berjalan beriringan dengan Tama menuju parkiran dengan hati dongkol.


“mbak ada temennya dibawah” kata adikku
“siapa?” tanyaku
“nggak tau” adikku mengangkat bahu, aku mengenakan jilbabku dengan terburu-buru
“Tama!” panggilku saat melihat sosok yang sedang duduk di ruang tamuku
“malam” sapa Tama
“mau apa kemari?” tanyaku dingin
“aku boleh duduk?” tanya Tama
“kita di teras saja” kataku sambil menuntun Tama ke teras
“mau apa kemari?” tanyaku lagi
“aku mau meluruskan kejadian tadi siang” jawab Tama
Aku tertawa kecil “memangnya ada yang perlu dijelaskan? Ah, aku tau, kamu ingin menjelaskan kenapa tadi siang meninggalkanku ditengah pembicaraan kita?” tanyaku
Tama membisu “tidak perlu kau jelaskan pun aku tahu” sindirku
“aku menyukaimu” ucap Tama
Aku tercekat mendengar ucapan Tama, rasanya hatiku ingin melonjak senang karena mendengar kata-kata yang selama ini kudambakan itu keluar dari mulut Tama “Gabriella?” tanyaku
Tama menatapku lekat-lekat “mencintai tidak berarti harus bersama Ren” katanya
“maksudmu?” tanyaku dengan suara tercekat, rasa bahagia tadi seperti menguap mendengar ucapan Tama barusan
“aku memang menyukaimu, dan aku mengakui itu, tapi kamu harus tahu bahwa kita tidak mungkin menjalin sebuah hubungan selain persahabatan” jelas Tama
Aku bisa merasakan mataku mulai terasa panas mendengar kata-kata Tama “jangan berbelit-belit aku tidak mengerti” pintaku
Tama tertunduk “aku minta kamu jangan marah mengenai keputusan yang aku ambil, aku hanya tidak ingin kamu terluka lebih dalam, selama ini aku juga tersiksa memendam perasaan ini aku tersiksa karena berusaha membutakan diri tentang perasaan yang kumiliki yang bahkan orang lain pun sudah tau. bahkan otak dan tubuhku sudah tidak mau lagi berkompromi dengan hatiku walaupun aku berusaha untuk menghindari dan menjauh darimu tetap saja tubuhku membawaku padamu….”
“sebaiknya kamu langsung ke intinya” pintaku memotong perkataan Tama
“aku ingin kamu mendengar semuanya” pinta Tama dengan mata memerah
“kamu ingin aku mendengar semuanya dan menjadi lebih terluka dari sekarang???!!” tanyaku kesal dengan air mata yang mulai mengalir di pipi
Aku bisa melihat setetes air mata jatuh dari mata Tama walaupun ia segera menghapusnya “aku tidak bermaksud seperti itu, aku hanya ingin tidak ada kesalah pahaman diantara kita” jelas Tama
“kalau begitu katakan” pintaku tanpa bisa menahan airmataku yaing meleleh
“aku sangat menyukaimu tapi aku tidak bisa bersamamu, kita tidak bisa menjadi lebih dari sahabat” kata Tama
“kalau begitu kenapa kamu mengatakan semua ini padaku?” tanyaku
Tama masih berusaha menghindari mataku “karena aku tahu kamu juga memiliki perasaan yang sama denganku” jawab Tama
Jawaban Tama membuat tangisku pecah seketika “kamu tega sekali” lirihku
Tama memandangku “aku juga tidak ingin seperti ini” katanya, “tapi kita benar-benar tidak bisa bersama”
“berikan aku alasan” pintaku
Tama menelan ludah mendengar permintaanku “kita memiliki keyakinan yang berbeda” jelas Tama
Aku menghapus airmataku “kalau begitu kenapa sejak awal tidak mengakhiri semua ini? Kenapa kau malah memberiku harapan? Dan kenapa kau menyukaiku??” aku memberondong Tama dengan pertanyaan
Aku bisa melihat gurat kekecewaan di wajah Tama “kalau aku bisa mengakhirinya dari dulu aku akan mengakhirinya Ren, sayangnya aku tidak bisa, aku terlalu terbuai dan menikmati perasaanku padamu”
Air mataku kembali jatuh mendengar jawaban Tama “dan kamu mau tahu kenapa aku menyukaimu??” tanya Tama
Aku mengangguk “mungkin jawabanku adalah jawaban bodoh dan gila, tapi inilah yang benar-benar kurasakan, aku menyukaimu karena ketaatanmu pada tuhanmu, karena keyakinanmu pada tuhanmu, karena ketakwaanmu pada tuhanmu, karena kecintaanmu pada tuhanmu semua hal itu membuatku hatiku bergetar ketika memandangmu” perkataan Tama terputus karena tangisannya
Aku sendiri tergugu mendengar penjelasan Tama “aku kagum pada kecintaanmu pada tuhanmu Ren, meskipun kita memiliki keyakinan yang berbeda kau membuatku bisa menjadi seseorang yang lebih taat pada keyakinanku, membuatku menjadi seseorang yang lebih baik, karena semua itulah aku mencintaimu” jelas Tama
Aku memandang mata Tama yang nanar karena airmata tanpa bisa berbicara sepatah katapun “maafkan aku karena menyukaimu Ren” lirih Tama
“ya…aku memaafkanmu” kataku terisak
Tama menyembunyikan wajahnya yang basah dari pandanganku dengan menunduk “maafkan aku karena membuatmu terjebak dalam perasaan ini” kata Tama masih dalam posisi menunduk
“ya….” Jawabku dengan isakan yang kini lebih pelan.



Tama menghapus airmatanya dan kini telah menatapku “walaupun begitu kau tetaplah satu-satunya orang yang aku cinta Ren, you are the one I love” kata Tama sambil menahan tangis
Aku hanya bisa menangis mendengar semua perkataan Tama.

****
Aku hanya bisa menangis ketika bayangan Tama menirus dari hadapanku, hari ini adalah terakhir kalinya aku bertemu dengan Tama. Tama memutuskan untuk pindah sekolah dan masuk ke sekolah pastur.


TAMAT

teukie oppa "sang leader"

teukie oppa "sang leader"

siwon opaa!!!!

siwon opaa!!!!

heenim oppa!

heenim oppa!

eunhyuk oppa..

eunhyuk oppa..

kyu oppa^^

kyu oppa^^

yesung oppa^^

yesung oppa^^

sungmin oppa^^

sungmin oppa^^

siwon oppa^^

siwon oppa^^

kibum oppa^^

kibum oppa^^

shinee minho^^

shinee minho^^

shinee key^^

shinee key^^

shinee taemin^^

shinee taemin^^

shindong oppa!!

shindong oppa!!

kyu oppa in happy bubble!

kyu oppa in happy bubble!